Keep Calm and Say Syukur

Siang itu, mataku sedikit sayup karena bangun tidur. Aku mengecek samrtphoneku. Ada sms masuk dari seorang teman yang beberapa bulan lalu mulai dekat denganku. Aku dikejutkan sekaligus bersyukur yang sedalam-dalamnya atas kabar ya dia berikan padaku. Dalam pesan singkatnya, dia menulis:
Puji syukur Alhamdulillah… target skripsiku udah kelar lebih cepat dari 3 bulan yang aku rencanakan. Ni berkat motivasi terbaik dari mas Rizal. Benar2 bisa dibuktikan. 31 Oktober 2013
Aku sudah hampir lupa apa yang aku sampaikan padanya. Kami bertemu 4 bulan lalu.Tepatnya 26 Juli 2013. Bertepatan pula dengan puasa Ramadhan. Aku mencoba menginga-ingat, apa saja yang aku sampaikan kepadanya waktu itu. Ku putar kembali memoriku untuk mengingat apa yang aku sampaikan padanya. Tak terlalu lama, memoriku memberi gambaran jelas pertemuanku dengan temanku ini. Aku sampai tak menyangka kalo pesan yang aku sampaikan waktu itu benar-benar dia pegang dan dia terapkan. Benar-benar dahsyat!
Aku mencoba membaca sms sebelum2nya dan ketemulah kalimat2 singkat yang membuatku terharu biru :’( .
Selalu aku ingat dan selalu aku coba praktekkan nasehat-nasehat dari Mas Rizal.. semoga kita bisa dipertemukan kembali. 28 Agustus 2013
Pokoknya semenjak dinasehati sama mas Rizal aku udah berubah… saya yang sekarang adalah saya yang terbaik saat ini… 9 september 2013
Aku emang salah langkah mas. Harusnya aku selelsaikan skripsiku dulu daripada menjajaki impian n cita2ku. & sekarang aku udah berjanji, 3 bulan kedepan skripsiku harus selesai. 9 september 2013
Dan endingny adalah sms di awal tadi. Alhamdullillah kisah yang dia jalani sekarang berujung pada kesuksesan dan kebahagiaan. Segala puji hanya milik Allah Ta’ala. Semoga dia senantiasa dalam bimbingan Allah Swt.
**********Sekarang, bagaimana kisahnya?************
Ini sebuah kisah nyata yang benar-benar dialami oleh temanku di Madura. Dia adalah seorang Mahasiswa teknik informatika disebuah Universitas ternama di Madura. Sebut saja namanya Dady (bukan nama sebenarnya). Beberapa bulan lalu kami dipertemukan dalam sebuah urusan untuk menggarap proyek pembuatan porfile Hanifida 2014 yang dalam waktu dekat akan segera dilaunching. Ketepatan aku diberi amanah untuk menggarap profile itu dari A-Z. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, akhirnya aku mencari orang yang bisa aku ajak untuk menggarap proyek itu. Singkat cerita datanglah Mas Dady yang menjadi partnerku dalam pengerjaan proyek tersebut.
Kali ini aku tidak akan bercerita tentang kronologi atau menyinggung tentang proyek yang sedang aku garap itu. Tidak. Namun pada kesempatan ini, aku hanya ingin sharing kisah dari temanku yang sebelumnya mengalami masalah yang menurutku bisa dibilang besar untuk ukuran Mahasiswa seperti dia. Bahkan masalah itulah yang membuat dia harus terhenti sejenak dalam merampungkan tugas studinya di kampus. kelulusannya pun terpaksa harus tertunda tahun depan.Dia menceritakan semuanya padaku. Sampai aku tak habis pikir dengan tindakan ‘nekat’ yang dia lakukan. Hanya karena ingin sukses di usia muda, dia pun bertekat untuk menjalani bisinis yang menurut dia bisa manjadi prospek kompetitif kedepannya. Dia pun pun punya angan-angan kelak ketika dia berusia 40 tahun, dia sudah tidak bekerja dan hanya fokus untuk beribadah. Dia membayangkan seperti gurunya yang sukses berbisnis namun tetap bisa menjadi ahli ibadah. Jika tidak bekerja, penghasilannnya dari mana? Itulah yang dia garap mulai sekarang. Dia memimpikan adanya passive income dari bisnis yang dia lakoni. Itulah yang membuat pemuda asal Surabaya ini bersemangat untuk menjalni bisnis apapun yang menghasilkan passive income. Penghasilan passive yang akan selalu dia dapat baik bekerja maupun tidak dengan bekerja.
Tak main-main tekat pemuda kelahiran 1990 ini. Untuk merealisasikan impiannya, dia selalu memikirkan cara bagaimana agar impiannya tercapai. Hingga pada suatu ketika, akibat ambisi yang seharusnya tidak ia lakoni disaat kuliah, justru telah membawa dia pada sebuah ‘jurang’ yang sama sekali tidak dia pikirkan sebelumnya. Saking nekatnya dia berani berinvestasi pada sebuah bisinis kayu di sebuah daerah di Kalimantan. Tak main-main investasinya. Dia rela mengeluarkan uang sebesar 40 juta agar bisa ikut urun membangun bisnis itu bersama teman dekat yang dia percayai. Yang tak habis pikir adalah pengeluaran dana segitu sama sekali tak diketahui oleh kedua orang tuanya. Dia bilang ke aku kalo dia tidak ingin merepoktan kedua orang tuanya. Malahan dia ingin membuat semacam surprise kepada orang tuanya. Lalu uangnya dari mana? Usut punya usut, ternyata dia meminjam uang dari Bank dengan jaminan surat tanah.
“Waw! Fantasitis. Nekat bener!” batinku dalam hati. Udah kebayang masa depan temanku ini. Aku yakin pemuda yang satu ini besarnya kelak tidak mungkin jadi orang bisa-biasa saja!
Ok. Kita lanjut. Singkat cerita, bisnis yang baru dirinitis beberapa bulan bersama temannya mengalami kebangkrutan berat dan belum bisa tertolong. Otomatis hal ini menajadi boomerang keras atas tindakan yang dialukan oleh Mas Dady. Di saat harapan-harapan indah sudah terbayang di depan mata, kini dia harus rela menanggung beban berat dengan tanggungan utang puluhan juta dari Bank. Tentu saja bagi seorang Entreprenur yang masih tahap coba-coba, hal ini menjadi sebuah musibah yang cukup menegangkan.
Dia menyampaikan, mungkin jika hanya dia yang tertimpa getahnya tak jadi soal. Tapi yang dia hawatirkan justru adalah keluarganya. Saat dia cerita ke aku, orang tuanya belum mengetahui ihwal yang dia alami saat itu. Dia hawatir jika pembayaran utang ke bank tidak tepat waktu, petugas bank akan datang kerumah untuk menagih. Dia hawatir jika itu justru akan menjadi beban untuk orang tuanya. Padahal sebelumnya dia bertekat untuk membuat kejutan berupa kesuksesan finansial pada orang tunya. Walaupun pada akhirnya dia harus menerima resiko terburuk atas langkah yang diambilnya saat itu.
Jalan sukses memang tak semulus yang kita bayangkan. Akan ada banyak aral rintangan yang akan kita hadapi ketika kita ingin meraih kesuksesan. Temanku yang satu inilah buktinya. Namun aku tetap meyakini jika dia masih dalam karakter yang sama; semangat, pantang menyerah, serta berani ambil resiko, bukan mustahil dia akan mampu meraih impiannya.
inilah prolog dari kisah ini.
****
Dia menumpahakan semua isi hatinya padaku. Semua uneg-uneg di tumpahkan untuk melegakan isi otak dan hatinya. Walaupun kami dalam pengerjaan proyek pembuatan Profile lembaga, kami tetap bisa mengerjakan dua2nya. Bahkan malam itu, kami ngobrol sampai sahur.
Dalam obrolan itu kami membhas macam-macam. Kita saling give & take. Ilmu apa yang dia punya dia sharingkan ke aku. Begitu pula sebaliknya. Bahkan aku pun menjadi tahu ‘otak bulus’ seorang pebisnis yang memiliki prinsip ’sukses tanpa modal’. Aku sampe merinding dengan sistem bisnisnya. Ada aja yang dilaukin. Jika bukan karena ilmu dan iman yang mengekangku, mungkin aku akan tergiur dengan cara berbisnis semacam itu. Namun sayang, hal itu tidak baik dikonsumsi untuk umum. Jadi biar aku simpan sendiri sebagai bahan wacana pribadiku.
Dalam obrolan panjang itulah aku berusaha sharing kepada mas Dady tentang kehidupan. Bagaimana seharusnya menjalani hidup. Walaupun dari segi usia aku lebih muda dari mas Dady, aku lebih banyak mendapat pengalaman dari senior-seniorku. Namun dalam hal ini aku tidak memposisikan sebagai seorang guru maupun seorang bijak. Aku lebih memposisikan sebagai seorang teman yang ingin memberi solusi terbaik untuk temanku yang sedang dalam masalah besar baginya. Hal ini sering aku lakukan sejak zaman Aliyah dulu. Seringkali aku mendapat curhatan dari orang2 sekitarku. Baik dari teman sebaya, kakak kelas, adek kelas sampai guru. Namun sekali lagi, posisiku hanya sebagai teman. Tidak lebih. Tidak pula merasa paling hebat maupun paling pintar. Jadi hal itu aku anggap biasa saja. Aku senang karena bisa membantu mereka lebih baik. Itu saja.
Ada banyak pembahasan yang aku sampaikan kepada Mas Dady. Dengan bahasa yang aku atur sedemikian rupa, aku mencoba memberikan penjelasan yang mudah dicerna, dimengerti serta memberi kesan mendalam untuk Mas Dady. Ceritanya akan sangat panjang jika aku tulis semua. Namun dalam tulisan ini akan aku tuliskan beberapa saja.
Pertama, adalah Syukur. Satu kata sederhana namun memiliki kekuatan yang sangat luar biasa jika kita mengetahuinya. Syukur inilah yang menjadi salah satu prinsip ‘rahasia’ orang-orang hebat sepanjang masa. Bahkan bisa dibilang, kehebatan seseorang berbanding lurus dengan kehebatan rasa syukurnya.
Dalam hal ini aku menyampaikan kepada Mas Dady dalam perspektif yang berbeda tentang makna syukur. Sebelum aku masuk pada pembahasan syukur, aku melakukan ‘pre test’ untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dia tentang syukur. Setelah aku tanya, ternyata definisi yang dia lontarkan masih sama dengan kebanyakan orang yang salah mengartikan kata ’syukur’. Dia menyampaikan bahwa syukur adalah ‘menerima apa adanya’ atau ‘menerima segala sesuatu dengan lapang dada’. Ketika menjawab itu, langsung aku balik tanya ‘lha apa bedanya dengan Qona’ah?’ dia tak mampu menjawabnya. Bahkan kebingungan. Karena definisi itu ’seolah-olah’ tidak bisa dibedakan.
Kebingungan serta ketidak jelasan serta kesalahpahaman seseroang mamahami makna syukur akan berkibat pada hasil yang akan dia dapatkan. Jika seseorang memahami hakikat syukur, maka dia akan bisa melesat  dengan sangat cepat dari kebanyakan orang. Namun karena selama ini orang salah mengartikan kata ’syukur’, akhirnya justru memperlambat orang itu untuk melesat lebih hebat.
Bisa dicek kepada teman-teman atau orang2 disekitar Anda. Tanyakan apa definisi syukur? Kebanyakan yang aku jumpai akan menjawab hal yang sama dengan mas Dady tadi. “menerima apa adanya?” hemm…. mungkin ada benarnya, namun definisi itu tidaklah benar seutuhnya.
Maunya aku terangkan lebih datail dan lebih panjang. Namun kali aku coba untuk meringkasnya agar lebih efektif.
Malam itu aku mencoba mengajak Mas Dady berpikir sistematis terhadap terhadap definisi syukur. Sebagai Mahasiswa tentunya dia akan sangat paham jika definisi itu bisa ditinjau dari segi etimolgi (bahasa) dan terminologi (istilah). Aku mencoba ‘membedah’ kata syukur dari kedua tinjaun terebut.
Secara etimolgi, kata ’syukur’ berasal dari bahas Arab yaitu “syukron” yang artinya adalah “terima kasih”. Jika ditarik dari asal kata yang berarti ‘terima kasih’ kita bisa mengambil kesimpulan bahwa syukur itu memang ada unsur ‘menerimanya’. Namun apakah sekadar menerima? Disinilah kebanyakan orang mengaritkan ’sepotong’ dari makna syukur. Sehingga jika defnisi itu diartikan secara parsial, hasilnya pun tidak akan maksimal. Di jamin itu!
Lalu apa definisi utuhnya? Dalam hal ini aku tidak membuka referenesi buku apapun. Hanya mengandalkan ingatanku yang pernah membaca sebuat stetmen dari seorang Imam besar Abad ke-5 Hijriyah. Dalam kitab fenomenalnya berjudul “Ihyaul Ulumuddin” aku pernah membaca persepktif syukur menurut Imam Ghzali. Dalam kitab tersebut beliau menyampaikan bahwa “syukur” adalah menggunakan seluruh potensi yang Allah berikan sesuai dengan tujuan untuk apa potensi itu diciptakan (jika salah mohon koreksi). Untuk apa potensi yang Allah berikan berupa penglihatan, pendengaran, dan hati diciptakan? Tak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam hal ini beliau menganolgikan, syukurnya mata adalah dengan melihat yang baik-baik, yang diperintahkan Allah, dan membaca al-Qur’an. Syukurnya telinga adalah untuk mendengar apa yang sejalan dengan perintah Allah. Syukurnya tangan untuk membantu orang lain beribadah kepada Allah, dll. Yang intinya semua potensi yang Allah ciptakan untuk kita semuanya untuk Allah semata.
Dari sinilah pencerahan muncul. Mas Dady terlihat termenung atas apa yang aku sampaikan. Hatinya merasa tercerahkan atas keterangan yang aku berikan ini. Tak hanya itu, akupun mencoba memberi tambahan yang belum pernah dia terima sebelumnya. Aku mencoba mengintegrasikan antara rasa syukur dengan Law of Attaraction (LoA) atau hukum ketertarikan. Ketepatan aku sudah mengkhatamkan buku The Secret karangan Rhonda Byrne. Akan sangat panjang jika aku bahas semua. Keterkaitan antara LoA dan Syukur sangatlah erat. Bahkan dalam buku itu dijelaskan bahwa kekuatan syukur menempati posisi utama dibandingkan dengan kekuatan selain syukur. Bagaimana sistem kerjanya?
Waktu itu aku bertanya kepada Mas Dady. “ketika bersyukur, apa yang Mas Dady rasakan?”
“ya enak mas. Hati sersa lega dan bahagia?”
“yang benar, kita bersyukur lalu bahagia atau kita bahagia dulu kemudian bersyukur?”
Pertanyaan itu membuat dia berpikir sejenak. Kemudian dia menjawab, “ya bahagia dulu baru bersyukur mas”
“Nah, sekarang coba Mas Dady balik kata-kata itu. Bukan karena kita bahagia kita beryukur, tapi karena bersyukur kita bahagia”
Mas Dady merenung sejenak. Kemudian aku tambahkan lagi. “Sekarang Mas Dady rasakan jika kata-kata itu dibalik. (jeda) dengan itu, Mas Dady akan bisa merasakan bahagia kapapun Mas Dady mau!”
“Lalu bagiamana agar bisa selalu bersyukur?”
“Sekarang setiap kali menghadapi apa yang tidak sesuai dengan keinginan Mas Dady, pakailah rumus ini agar membuat Mas Dady semakin berdaya. Ketrampilan bertanya model ini tidak dimiliki oleh banyak orang. Namun, jika dipraktekkan hasilnya akan sangat luar biasa seperti yang selalu aku alami selama ini. Setiap menghadapi apapun yang tidak sesuai keinginan, ntah itu musibah, masalah, ditinggal orang yang paling dicintai, dll, tanyakanlah 3 hal pada diri kita;
1. Apa yang bisa saya syukuri dari kejadian ini?
2. Apa yang bisa saya pelajari dari kejadian ini?
3. Apa yang bisa saya lakukan agar keadaan ini bisa membaik?”
Kemudian aku menjelaskannya secara detail kepada Mas Dady cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aku beri beberapa contoh yang pernah aku alami sendiri. Pirnsip itu bekerja dengan sangat baik.
Cukup panjang jika aku ceritakan apa saja yang aku sampaikan kepada Mas Dady. Sebagai penutup, aku meminta Mas Dady untuk mengambil secarik kertas kosong.
Kemudian aku memberi titik hitam ditengahnya. Lalu aku tanya “apa yang Mas Dady lihat pada kertas ini?”
“Titik hitam” jawabnya.
“Ok, ada lagi selain itu?”
“tidak. Hanya ada titik hitam”
“Padahal jika kita perhatikan, tidak hanya ada titik hitam disitu. Coba diperhatikan lagi. Apa yang dapat Mas Dady lihat?”
Mas Dady mengamati sejenak kertas itu.
“ndak ada. Hanya titik hitam”
“sekarang perhatikan baik-baik, apakah Mas Dady melihat warna kertas putihnya?”
Mas Dady mengamati kertas putih dengan satu titik itu.
“Iya mas. Sekarang saya bisa melihat kertas putihnya”
“Mas Dady tahu, kenapa saya melakukan hal ini?”
“belum tahu mas”
“Ini hanyalah sebuah analogi. Lembaran kertas ini memberi pelajaran bahwa kebanyakan orang akan selalu fokus pada hal yang berbeda dalam setiap kesamaan. Jika kita lihat kertas ini, kita tahu bahwa titik kecil tidaklah begitu berarti jika dibandingkan dengan kertas putih. Kertas putih jauh lebih luas dibandingkan dengan titik hitam itu. Namun mengapa fokus kita justru tertuju pada titik hitam? Tak lain karena titik hitam itu sedikit. Lebih menonjol jika dibandingkan dengan kertas putih itu.”
“sekarang kita kaitkan dengan syukur. Sebelumnya saya tanya dulu sama Mas Dady, lebih banyak mana antara nikmat dan musibah/cobaan yang diberikan oleh Allah kepada kita?”
Mas  Dady berpikir sejenak.
“ya lebih banyak nikmatnya mas”
“tepat sekali! Lebih banyak  nikmat yang Allah berikan jika dibandingkan dengan musibahnya. Namun mengapa masih ada saja manusia mengeluh? Tak lain karena pikiran mereka lebih fokus pada hal kecil. Seperti kertas tadi. Titik kecil lebih terlihat daripada kertas putihnya. Ini menandakan nikmat yang Allah berikan jauh lebih besar jika dibandingkan masalah/cobaan yang diberikanNya. Ingat masalah sebesar apapun yang Allah berikan, PASTI lebih kecil dibandingkan dengan nikmat yang Allah berikan.”
“Oke, sekarang saya minta mas Dady untuk berpikir lebih luas. Dari masalah yang Mas Dady hadapi, apa yang masih bisa disyukuri?”
Mas Dady berpikir sebentar.
“apa ya mas?” jawabnya ragu.
“Baik sekarang coba di cek, apa yang masih Mas Dady miliki. Tidakkah Mas Dadi bersyukur bahwa saat ini Mas Dady masih memiliki kedua orang tua? Mahal mana orang tua dengan uang 40 juta?”
Mas Dady termenung.
“Baik saya lanjutkan. Bersyukur Mas Dady masih memiliki tangan untuk menggenggam, mata yang bisa melihat, telinga yang masih bisa mendengar, dan semua panca indra dan organ tubuh yang masih berfungsi dengan normal. Tidakkah itu lebih mahal dari uang berapapun besarnya?”
Mas Dady tersenyum mendengar keteranganku ini.
Kemduian aku terangkan lebih dalam lagi. Namun aku tidak membiarkan diriku berbicara sepihak. Aku lebih mengajak Mas Dady untuk berdialog dan berdiskusi. Ini teknik komunikasi jika aku berbicara dengan orang dewasa. Orang dewasa tidak terlalu banyak membutuhkan nasehat. Namun lebih membutuhkan pengalaman. Akupun menceritakan pengalaman pribadiku terkait syukur ini. Yang intinya, semua urusan serasa sangat mudah dengan pondasi hati yang dipenuhi rasa syukur.
Setelah pemahaman tentang syukur aku anggap cukup, barulah aku terangkan korelasi antara Syukur dan Law of Attaraction (LoA).
“Hati manusia adalah magnet. Apapun yang dirasakan oleh hati akan ‘menarik’ semesta untuk mewujudkannya. Saya tidak mengatakan bahwa hati adalah tuhan. Bukan. Namun memang demikianlah Allah menciptakan hati sebagai alat ‘detektor’ canggih yang secara otomatis akan bekerja dengan sistem yang dirancang oleh Pemilik Semesta Alam. Karena itulah tidak heran jika Rasulullah mengatakan bahwa hati adalah tolok ukur kebaikan semuanya. Jika hatinya baik, maka akhlak, hubungan sosial, sampai nasib pun akan baik. Jika buruk, maka buruk pula semuanya.”
“Jangan sekali-kali melakukan seuatu selama hati masih terasa tidak enak maupun ragu. Karena justru itulah sumber dari berbagai kegagalan. Banyak orang yang tidak mengetahui akan hal ini. Asal berpikir positif namun tidak merasakan hatinya apakah terasa ‘plong’ atau tidak. Misalnya ada orang yang memimpikan mendapat uang 1 M. Pikirannya positif akan mendapatkan itu dalam sebulan. Namun apa yang terjadi? Dia tidak mendapatkannya. Karena ketika dia menetapkan target itu, hatinya tidak ‘plong’.”
“Sekarang saya tanya, apakah ketika Mas Dady memutuskan berinvestasi 40 juta untuk berbisnis apakah sudah merasa “plong”? (plong itu lega).
“Aku sudah optimis mas kalo bisnis itu akan berhasil. Makanya saya berani berinvestasi”
“optimis saja tidak cukup. Sekarang jujurlah pada diri sendiri. Apakah ada rasa ragu walupun sedikit?”
“Iya mas. Memang hatiku masih agak ragu. Waktu saya mau berinvestasi memang ada keraguan. Hawatir kalo bisnis ini akan gagal”
“Nah! Itulah yang aku maksud Mas Dady. Allah telah melengkapi detektor canggih berupa hati kepada kita. Salah satu fungsinya adalah untuk merasakan mana langkah yang  baik dan mana langkah yang tidak baik untuk kita ambil. Jika hati masih merasa ragu atau tidak bisa ‘plong’, itu pertanda memang bukan itu langkah kita. Coba, sekarang rasakan kembali, kira2 langkah apa yang paling membuat hati lega dan benar-benar bisa terasa ‘plong’?”
Mas Dady berpikir sejenak.
“Kuliahnya selesein dulu mas”
“Nah itu. Sekarang Mas Dady sudah ketemu jawabannya. Cobalah ambil langkah itu. Jika hatinya OK, urusannya OK kok! Insya Allah!”
Kemudian aku lanjutkan dengan menerangkan korelasi antara surat Ibrahim ayat 7, hati, dengan hukum ketertarikan ini. Dalam surat ibrahim Allah berfirman yang intinya bahwa jika kita bersyukur, maka nikmat kita akan bertambah. Namun jika tidak bersyukur, maka azab yang pedih akan menimpa kita.
Setelah aku membaca buku The Secret aku baru memahami secara utuh mengapa hukum sebab-akibat pada surat Ibrahim bisa seperti itu. Jika bersyukur, nikmat bertambah, jika kufur, mendapat aszab. Ini kaitannya dengan hati. Sebagaimana yang tadi saya jelaskan, hati bagaikan magnet. Jika hati ini dipenuhi dengan kebaikan, maka apapun yang berhubungan dengan kebaikan akan kita tarik dalam kehidupan kita. Karena itulah ketika hati kita merasakan syukur, maka hati kita akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan. Sehingga apapun yang berhubungan dengan kebahagiaan dan ketenangan akan selalu kita rasakan.
Prinsipnya setiap kebaikan akan selalu menarik kebaikan. Maka dari itulah jika sampai hati ini dipenuhi dengan perasaan negatif, terutama keluhan, justru apa yang tidak kita inginkan akan kita dapatkan. Mengapa banyak orang yang lebih banyak menerima apa yang tidak diinginkan dibandingkan dengan apa yang diinginkan? Tak lain karena hatinya sibuk memikirkan apa yang kurang. Sehingga kekurangan akan selalu dia dapatkan. Padahal kita tahu bahwa Allah Maha Adil. Tak pernah sedikitkpun Dia berbuat dzalim kepada hamba-hambaNya. Bahkan dalam sebuah hadits Kudsi dalam kitan Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi, Allah berfirman “aku mengharamkan berbuat dzalim atas diriku sendiri. Maka janganlah kamu berbuat dzalim!”. Kemdian diperkuat dengan surat an-Nisa ayat 40 dengan keterangan yang sama. Bahwa Allah tak pernah berbuat dzalim kepada hamba-hambaNya walau hanya sebesar dzarroh (biji sawi).
Malam itu, Mas Dady sangat berterimakasih atas keterangan yang lebih rinci dan detail tentang syukur. Karena ternyata selama ini Mas Dady selalu mengangan2 surat ibrahim ayat 7 itu. Dia sudah tanya ke beberapa ustad yang dia temui. Namun baru kali ini dia menerima keterangan yang lebih lengkap, jelas, detail, dan lebih mencerahkan. Sejak saat itulah, mas Dady berjanji untuk lebih baik setelah itu.
Banyak hal yang belum bisa aku tuliskan dalam cerita ini. Yang penting inti pesan dari cerita tersampaikan. Dalam obrolan itu aku juga menyampaikan agar melakukan segala sesuatu dengan jaminan ‘terbaik’. Dalam segala hal. Prinsipnya lakukan yang terbaik atau tidak sama sekali. Tak masalah kita menjadi apapun. Yang penting lakukan itu dengan terbaik. Jika kita hanya mampu menjadi tukang sapu, jadilah tukang sapu terbaik. Jika kita mampunya menjadi guru, jadilah guru terbaik. Jika kita hanya mampu jadi kasir, jadilah kasir terbaik. Hal sekecil apapun lakukan terbaik. Bahkan perkara makan dan minum pun dilakukan dengan terbaik. Hindari mengeluh atau meremehkan posisi apapun yang kita duduki saat ini. Ingat! jika fokus kita pada kekurangan, maka segala kekurangan justru akan kita tarik pada kehidupan kita. Itulah sumber dari kesengsaraan. Itulah yang selama ini aku lakukan dan aku sharingkan kepada Mas Dady. Melalukan segala sesuatu dengan terbaik.
Jika fokus pikiran kita untuk yang terbaik, maka yang datang di kehidupan kita pun adalah yang terbaik. Termasuk pasangan hidup. Jika selama ini kita tidak mendapatkan yang terbaik, bisa dicek. Apakah kita sudah melakukan segala sesuatu dengan terbaik? Hukum pantulan akan tetap bekerja. Siapapun yang melakukan sesuatu dengan terbaik akan mendapat yang terbaik. Tak akan ada penyesalan bagi siapapun yang melakukan segala sesuatu dengan terbaik. Keterangannya cukup panjang. Namun Mas Dady tetap menikmati dan meresapi apa yang aku sampaikan walupun sampai larut pagi, antusias serta atensi dia untuk mendengarkan sangat tinggi.
Setlah itu, Mas Dady pulang dengan perasaan baru yang lebih melegakan. Waktu itu aku hanya pasra pada Allah atas apa yang aku berikan untuk Mas Dady. Jika memang Mas Dady menjadi lebih baik, itu semata-mata hanya Hidayah dari Allah. Dan aku bersyukur, sms siang itu cukup membuatku terharu. Hiks :’(
“Puji syukur Alhamdulillah… target skripsiku udah kelar lebih cepat dari 3 bulan yang aku rencanakan. Ni berkat motivasi terbaik dari mas Rizal. Benar2 bisa dibuktikan.” 31 Oktober 2013
Itulah sedikit kisah yang bisa aku certikan. Semoga menginspirasi!
Salam SUPER SEMANGAT!
Follme: @RizalSemangat



Original Teks From  http://muda.kompasiana.com/2013/11/03/rahasia-terdalam-syukur-kisah-nyata-mahasiswa-terlibat-utang-40jt-607436.html

No comments

Note: only a member of this blog may post a comment.